Bunda...
Sayaup parasmu masih tekenang
Segala nasehatmu masih terngiang
Meski terkadang suaraku padamu lantang
Namun hanya bunda yang aku sayang...
Bunda...
Dua alam kini memisahkan kita
Namun engkau tiada akan pernah aku lupa
Selamanya, engkau selalu teristimewa
Engkau, akan selalu aku cinta...
Bunda...
Betapa hidupku sepi tanpamu
Jiwa tiada tegar kehilanganmu
Rapuh, dan segala asaku melayu
Ohhh Tuhan... betapa aku merindu...
Tuhan...
Beri hamba satu kesempatan satu kali lagi saja
Tuk dapat bersua dengan bunda
Agar terpuaskan dahaga rindu yang mendera
Ying tengah aku rasa, dan sangat menyiksa...
Bunda...
Hanya linangan air mata yang dapat aku kucurkan
Kala rasa rindu padamu bergelora tak karuan
Sungguh raga tak mampu menahan
Dan nuraniku teramat tertekan....
Butir-butir bening yang menetes di pipi
Menjadi saksi betapa getirnya rasa dalam hati
Bibir tiada mampu lagi berucap kata
Hanya air mataku yang mampu bercerita...
Bunda...
Dalam do'a ku titipkan surat untukmu
Yang ceritakan betapa aku menyayangimu
Dan, betapa hatiku mencintaimu
Harapku, semoga kita dapat bertemu
Walau sejenak, agar terlepaskan kegersangan hati akan sayu teduh tatap matamu...
By: Dicky Ferdiyansah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar